Bertindak
sebagai film ketiga dan terakhir, Rurouni Kenshin: The Legend Ends
menjadi penutup dari rangkaian film sang samurai pengelana.
Liputan6.com, Jakarta Lama dinanti oleh para penggemarnya, akhirnya film ketiga Rurouni Kenshin (Samurai X) yang berjudul Rurouni Kenshin: The Legend Ends telah diputar di bioskop Indonesia. Lantas, seperti apakah film yang menjadi lanjutan langsung Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno itu?
Seperti
halnya film kedua, kisah dalam Rurouni Kenshin: The Legend Ends masih
seputar perjuangan Kenshin Himura (Takeru Satoh) untuk menghentikan
rencana jahat Shishio Makoto (Tatsuya Fujiwara) yang berniat menguasai
Jepang dengan politik hitamnya.
Kenshin yang di akhir film kedua bertemu dengan gurunya, Hiko
Seijuro (Masaharu Fukuyama), memutuskan untuk melakukan latihan berat
demi bisa mengalahkan Shishio beserta kaki tangan terkuatnya, Seta
Soujirou (Ryunosuke Kamiki). Ia pun menyempurnakan jurus "Hiten
Mitsurugi-ryu" yang dipelajarinya.
Sementara di sisi lain,
Shishio yang telah menunggangi kapal perang raksasa, tengah memborbardir
Tokyo setelah ia menipu pihak kepolisian dengan membuat rencana palsu
di Kyoto pada film kedua.
Rencana Shishio yang terkesan mulus
itu, membuat rekan-rekan Kenshin yang lain merasa cemas dengan masa
depan Jepang. Terlebih lagi, beberapa pihak malah terkesan ingin
menjegal niat tulus Kenshin, seperti Shinomori Aoshi (Yuusuke Iseya) dan
aparat kepolisian yang termakan oleh ancaman Shishio.
Alhasil,
Kenshin pun malah menjadi buronan dan dijatuhi hukuman mati. Sementara
itu, nasib Kamiya Kaoru (Emi Takei) masih membuat teman-temannya cemas,
termasuk Sagara Sanosuke (Munetaka Aoki) dan Myojin Yahiko (Kaito
Oyagi).
Namun begitu, harapan untuk menjatuhkan Shishio masih ada, selama
Saito Hajime (Yousuke Eguchi) tetap memegang peranan di kepolisian.
Bahkan, Kenshin yang menjadi bertambah kuat pun akhirnya meluluhkan hati
beberapa pihak yang pada akhirnya mau membantu niat tulusnya.
Mengamati
perbedaan yang terdapat di film ketiga dengan sebelum-sebelumnya, jelas
tidak banyak perubahan berarti selain alurnya yang terus berkembang.
Bahkan, adegan pertarungan pedang masih mendominasi film adaptasi manga
karangan Nobuhiro Watsuki ini.
Drama serta banyaknya konflik
politik pun tetap dihadirkan secara unik meskipun tidak terlalu
mengejutkan seperti Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno. Film ketiga ini juga
memiliki beberapa filosofi pertarungan yang terkesan menjadi sebuah
pesan moral tersendiri.
Sayangnya, lambatnya alur cerita serta
terlalu lamanya sorot kamera terhadap beberapa karakter maupun tempat
dalam sebuah adegan transisi, masih terlihat jelas di sini. Bahkan, para
pemainnya pun masih mempertahankan pose atau gaya layaknya karakter
versi manga di tengah pertarungan yang mungkin bagi beberapa penonton
terkesan janggal.
Salah satu andalan film ini adalah adegan pertarungan bagian akhir
yang bertempar di kapal raksasa milik Shishio. Namun, lagi-lagi alur
khas manga dan anime pun tetap menjadi patokan film ini. Sehingga pada
akhirnya, arah filmnya pun mudah ditebak meski terdapat adegan yang
sedikit tak terduga.
Pada akhirnya, Rurouni Kenshin: The Legend
Ends menjadi salah satu film wajib tonton bagi para penggemar versi
manga atau anime, terutama yang telah menyaksikan film kedua. Bahkan,
pecinta film pun tak ada salahnya menyaksikan salah satu film aksi
paling apik sepanjang 2014 ini. (Rul/Ade)
http://showbiz.liputan6.com/read/2124945/rurouni-kenshin-the-legend-ends-akhir-kisah-samurai-pengelana
0 Response to "Rurouni Kenshin: The Legend Ends, Akhir Kisah Samurai Pengelana"
Posting Komentar